Minggu, 19 Juli 2009

Mitos-Mitos Dalam Keseharian Suku Sasak

Seringkali mitos-mitos dalam suku Sasak dihubungkan dengan akibat yang menyeramkan, sehingga banyak anggota penganut suatu budaya yang tidak mau mengambil resiko, memilih menurut saja pada mitos yang berlaku. Di samping itu, terdapat banyak mitos yang terkait dengan basis etik dan tata nilai supranatural yang tidak boleh dilanggar/dilakukan.
Beberapa mitos ini (walaupun tidak terkait dengan sejarah tertentu), namun dianggap memiliki efek mistik (seperti kualat, mamali dan lain-lain) yang cukup kuat bila dilanggar. Maka masyarakat Sasak senantiasa menghindarinya. Berikut ini, ada beberapa mitos yang berkembang di kalangan masyarakat Sasak.

Lewat di Penjemuran

Di rumah orang Sasak, tempat menjemur pakaian diatur pada ruang (space) tersendiri di bagian pojok yang tidak dipakai sebagai lalu lalang orang. Pengaturan ini dilakukan berkaitan dengan fungsi penjemuran yang digunakan untuk menjemur pakaian dari jenis apa saja, bahkan hingga pakaian gombal atau celana dalam. Fungsinya yang terlalu umum menyebabkan orang Sasak berpantang lewat di penjemuran karena dipercaya dapat menghilangkan ilmu kedigdayaan yang dimiliki (Sasak: campah).

Transaksi Malam hari

Hingga kini sama sekali tidak diketahui atau tidak ada yang berusaha menyingkap alasan tidak dibolehkannya transaksi mengeluarkan uang pada malam hari. Mitos ini terutama banyak dianut di desa-desa, tetapi sudah tidak lagi dianut oleh masyarakat kota. Tapi lebih baik dipertimbangkan untuk menagih utang di malam hari karena sangat berpeluang untuk tidak dibayar. Begitu pula dengan jual beli atau pinjam meminjam peralatan yang terbuat dari bahan besi, banyak yang tidak melakukannya di malam hari. Satu-satunya alas an yang masuk akal, mengapa dihindari transaksi malam hari, mungkin berkaitan dengan keraguan, kalau-kalau terjadi salah hitung (untuk uang) atau dapat menimbulkan cidera kalau melakukan transaksi yang berhubungan dengan besi jika dilakukan malam hari.

Ketika Sandikale

Sandikale adalah waktu antara matahari akan tenggelam, tetapi belum tiba waktu magrib. Pada waktu ini, langit memancarkan sinar kemerahan. Merupakan saat-saat pergantian dari siang menuju malam. Pada saat ini, segala bentuk permainan kesenangan dilarang terus berlanjut. Alasan yang dikemukakan untuk mendukung mitos ini, bermain pada saat itu dapat mendatangkan penyakit, padahal secara alami pada saat itu memang cuaca akan gelap, waktu untuk sholat magrib akan tiba yang dilanjutkan dengan waktu untuk makan malam.

5 komentar:

  1. Ketika Sandikale, menurut beberapa ahli agama pergantian siang ke malam memang berbahaya karena pada waktu itulah mahluk2 halus baru keluar bersamaan manusia yang akan masuk. seolah malam adalah awal aktivitas mereka.

    BalasHapus
  2. SAYA KIRA BANYAK DI ANTARA KITA YANG PERCAYA PADA PIKIRAN KITA SENDIRI YANG TERTIPU OLEH KEADAAN, KITA PERCAYA BEGITU SAJA APA OMONGAN TETUA2 KITA YANG TLAH MENDAHULUI KITA SAMPAI2 KITA MENSAKRALKAN APA YANG SEBENARNYA TIDAK PERLU DI SAKRALKAN.. ITU HANYA PENGARUH SUGESTI DARI BUDAYA TEMPAT KITA LAHIR, SAKING PERCAYANYA KITA, SEAKAN-AKAN MITOS ITU BENAR2 TERJAADI.KARENA TIDAK ADANYA TINGKAT KEKRITISAN KITA PD SGALA HAL YG TDK MASUK AKAL. TERIMAKASIH

    BalasHapus
  3. MITOS... makanya disebut mitos, artinya sesuatu yang dipercaya turun temurun tetapi kebenarannya tidak (mungkin belum) terbukti. Nah kalau kita kritis justru mencari hubungan mitos itu dengan dasar ilmiah, alam, atau agama. Bukan sebagai pembenaran mitos tetapi untuk merubah mitos itu sendiri menjadi fakta atau kebenaran. nurge .. tiang ngiring.

    BalasHapus
  4. assalamualaikum,saya suka sasaq sebab aku ada di sana

    BalasHapus