Kamis, 27 Agustus 2009

Kasus Penganiayaan Tetangga Diperiksa Penyidik


Kasus penganiayaan yang dilakukan Baiq Miah (35) terhadap tetangganya, Sukati (40) sudah diperiksa Penyidik Polsek Kopang. Kedua ibu rumah tangga yang beralamat di Dusun Batako, Desa Kopang Rembiga Kecamatan Kopang ini, Minggu telah memenuhi panggilan Kaplosek Kopang. Secara terpisah mereka memberikan keterangan kepada Penyidik I Wayan Yudastrawan. Sedikitnya, belasan pertanyaan yang diajukan Penyidik sudah dijawab pelaku maupun korban.
Penganiayaan yang dilakukan pelaku terhadap korban, mengakibatkan korban menderita luka memar dibagian jidat dan pipi. Ini dibuktikan dengan visum dokter Puskesmas Kopang pada hari Kamis 20 Agustus 2009 lalu. Penganiayaan yang terjadi pada hari itu juga, mengakibatkan aktivitas korban sehari-hari menjadi terganggu. “Selama dua hari saya masih pusing karena dipukul di bagian belakang kepala saya” kata korban sembari menambahkan, dirinya dianiaya korban di halaman rumahnya sendiri.
Awal kejadian kata korban, bermula dari ketersinggungannya, karena setiap kali lewat di depan rumah pelaku, korban selalu mendengar umpatan yang tidak enak didengar. “Memang dia (pelaku, red.) menyimpan dendam cukup lama pada saya” tambahnya. Namun yang terakhir ini, saat pelaku menyindir dengan kata yang kotor, korban sempat melihat disekitar itu, tak ada siap-siapa. Korban hanya berdua dengan anaknya. Sedangkan pelaku duduk di teras rumahnya sambil mengumpat. “Umpatan itu ditujukan kepada siapa lagi selain saya?” kata korban penuh pertanyaan.”Peristiwa ini pun terjadi sepekan yang lalu” tambahnya.
Dan saat itu juga korban menceritakan kasusnya kepada tetangga sebelah. Tetangga inilah yang menyampaikan, sekalian menasihati agar korban jangan mengeluarkan kata-kata kotor. “Bukannya mau dinasihati, malah dia datang memukul orang” kata tetangga, Atik Bengik yang sempat melerai pelaku dan membawanya pulang. Atik Bengik juga dilibatkan sebagai saksi kunci dalam kasus ini.
Namun tanpa disadari korban, tiba-tiba pelaku mendatangi rumah korban yang baru saja pulang dari tempat acara hajatan. Serta merta pelaku langsung memukul dan mengumpat korban berkali-kali. Akibatnya, korban menderita luka memar dibagian dahi, pipi dan tangan bekas cakaran kuku pelaku. Ditambah trauma, ketakutan anak korban yang baru berumur tiga tahun. “Anak saya juga gemetaran, ketakutan” kata korban.
Karena merasa sakit akibat pukulan pelaku, korban langsung berteriak minta tolong. Akibatnya dua orang tetangga, termasuk Atik Bengik datang melerai penganiayaan itu.
“Pelaku melanggar pasal 352 KUHAP, tentang penganiayaan ringan” kata Wayan Yuda. Agenda selanjutnya, akan didengar keterangan dari saksi. “Tinggal giliran saksi yang akan kita panggil” akunya

Rabu, 05 Agustus 2009

SDM Masyarakat Sasak-Lombok di Bidang Seni Budaya

HAMPIR disetiap cabang seni budaya, masyarakat Sasak di pulau Lombok memiliki ciri khas tersendiri. Kita tahu bahwa, berbagai jenis seni karawitan, pewayangan/pedalangan, seni tari, seni musik, seni ukir, seni beladiri dan seni sastra, memiliki tempat tersendiri di hati masing-masing orang Sasak.
Seni karawitan seperti rebana, gendang beleq, kelentang dan tawaq-tawaq, menggunakan gending yang tak jauh beda dengan gendang Bali dan Jawa. Cuma bedanya, terletak pada jumlah personil (sekahe) yang memainkan alat-alat instrumen gong gamelan Sasak yang tidak terlalu banyak, namun menghasilkan instrumental yang ramai. Kita ambil gong gamelan (karawitan) yang mengiringi seni pedalangan wayang kulit. Jumlah personilnya cukup 7-8 orang. Begitu pula dengan gong gamelan yang mengikuti permainan peresaian (saling pukul dengan rotan), dengan personil cukup antara 4-5 orang.
Di bidang seni musik cilokaq, digemari sebagai tontonan rakyat maupun tontonan para wisatawan yang berkunjung. Ada pula seni teater tradisional seperti Cupak-Gerantang yang ceritanya diambil dari takepan Doyan Nada, sebuah cerita panji yang berkembang pada masa kebesaran Jenggala-Kediri dan Kahuripan di Jawa Timur. Begitu pula dengan seni teater tradisional rudat. Teater ini, pada masa sebelum mereka sampai tahun 1950-an, pernah berjaya sebagai tontonan rakyat yang menarik dengan nama rudat kumidi. Cerita-cerita yang dibawakan kebanyakan diambil dari cerita hikayat. Kalau kita ikuti perjalanan sejarah seni rudat, lebih-lebih dengan cerita komedi, maka seni ini berkembang sebagai budaya Islam di Lombok yang berasal dari Hindustan (Turki) pada masa kejayaan Islam Turki Usmani. Banyak jenis seni budaya Sasak yang masih terpelihara dengan baik. Bila dikemas dan dipersiapkan dengan baik, lalu ditangani secara professional, akan mendatangkan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan Nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Lombok. Untuk kerjasama dengan instansi terkait (Diparsenibud) serta pihak-pihak yang mengelola kegiatan yang berhubungan dengan wisatawan, seperti hotel-hotel dan restoran, seniman, budayawan, guide serta seluruh komponen masyarakat, sangat diperlukan.
Seni budaya Sasak sesungguhnya merupakan potensi yang paling dapat diandalkan menjadi pemicu kegiatan ekonomi lainnya di bidang pariwisata di Lombok. Selain bidang seni, tidak kalah mutunya dibandingkan dengan hasil masyarakat luar. Hasil seni kerajinan anyaman, ukiran yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah di Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur, cukup diminati para wisatawan asing.
Di Lombok Barat sendiri memberi gambaran bahwa, kerajinan anyaman, ukiran, seni keramik penghasil gerabah, mulai dari yang kecil bisa dimasukkan ke dalam saku hingga yang memerlukan peti jika akan diangkut ke luar negeri (export), telah dapat dipersiapkan para pedagang.
Di bidang seni desain yang berhubungan dengan motif-motif kain tradisional, beberapa daerah seperti Sukarara, Sade (Lombok Tengah), kain tenuh Gumise, Bayan (Lombok Barat), Sakra, Suwangi (Lombok Timur), sesungguhnya daerah-daerah andalan. Lebih-lebih kemampuan mengolah bahan kain secara tradisional mulai dari memintal benang hingga pewarnaan, lalu menenunnya menjadi berbagai motif. Pengetahuan ini dimiliki oleh oleh orang-orang Sasak sejak dulu.
Sejak zaman dahulu, Lombok terkenal sebagai penghasil tenun, kayu sepang dan kapas yang menjadi bahan export. Demikian pula untuk menghasilkan kain-kain yang bercorak tradisional. Lombok dikenal dengan songket ragi genep, bintang empat, rembang dan subahnala. Kini, jenis kain-kain tersebut begitu diminati para wisatawan, sehingga apabila sumber daya yang ada di Lombok dewasa ini mengoptimalkan usahanya di bidang tenun tradisional tersebut, berarti tingkat kemajuan ekonomi bakal menjadi meningkat.
Hanya saja ada permasalahan, kegiatan menenun secara tradisional masih merupakan pekerjaan sampingan dari kalangan yang terbatas. Yang bekerja di bidang ini, terbatas pada orang-orang wanita. Dengan demikian hasil yang didapat belum optimal.
Kaitannya dengan pekerjaan kalangan terbatas, pihak instansi terkait (Diparsenibud) telah melakukan terobosan, guna mengantisipasi kebiasaan tersebut. Upaya sosialisasi dan realisasi telah dilaksanakan sehingga, berangsur-angsur kebiasaan pekerjaan sampingan dari kalangan terbatas bisa terkikis. Di Lombok Barat sendiri, pemda setempat sudah mengupayakan kain tenun Dusun Gumise, Desa Sekotong Timur Kecamatan Lembar sebagai kostum uniform pada hari kerja Sabtu. Dengan demikian, Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang seni budaya tetap terpelihara, sekaligus terpeliharanya SDM yang berkualitas. Kesimpulannya, pengembangan pariwisata harus didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjurus kearah sikap profesionalisme. (L.Pangkat Ali)